Menakar Nasionalisme Kaum Pelajar
Oleh : Agus Syahputra
Perdebatan mengenai nasionalisme para pelajar yang lebih memilih mendukung
atlet dari Negara lain pada even Sea Games ke XXVI mestinya tidak perlu
berkepanjangan. Pasalnya,
masalah yang diperdebatkan adalah permasalahan klasik serta tidak esensial. Sederhananya, jiwa
nasionalisme tidaklah semata diukur dari hal semacam itu.
Berbicara nasionalisme
sama sekali tidak ada takaran yang pasti. Persoalannya,
bahwa para pelajar itu
telah menerima uang dari pihak tertentu untuk memberikan dukungan keparda
salah satu negara yang ikut berlaga dalam pesta olah raga Se- Asia Tenggara
tersebut adalah sah-sah saja,
karena mereka hanya sekadar memeriahkan, bahkan tidak
ada sama sekali terlintas dalam pikiran mereka untuk menjual rasa nasionalismenya.
Ibarat kata pepatah, ke manapun seseorang
merantau, niscaya suatu saat ia akan kembali ke kampong halamannya. Hal ini
mengisyaratkan bahwa, meskipun seseorang, dalam konteks Sea Games, malah justru
mendukung negara lain, maka ia pun pasti tidak akan melupakan tanah di mana ia
dilahirkan. Bahasa sederhananya, para pelajar tersebut, dalam hati terkecilnya
pasti tetap mendukung Negara di mana ia dilahirkan. Terlebih, meraka hanya mendapatkan tugas untuk ikut berpartisipasi dalam
menyukseskan pesta olah raga tersebut untuk memperlihatkan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah mampu menjadikan ajang Sea Games ini sebagai alat diplomasi serta menjalin persahabatan sekaligus
pemersatu negara-negara di Asia Tenggara.
Dengan demikian,
kebijakan panitia penyelenggara yang menginstruksikan kepada beberapa sekolah
untuk memberikan dukungan kepada negara yang ikut berlaga merupakan tujuan yang
mulia dan semua yang dilakukan oleh para pelajar tersebut merupakan
sikap nasionalisme yang tinggi, karena mereka ingin memberikan citra baik untuk
bangsa ini. Semestinya persoalan tersebut tidak ditanggapi dengan sikap antipati, karena banyak hal yang harus kita selesaikan terkait masalah
nasionalisme dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan pesta olahraga seakbar sea-games
ini.
Ada
banyak hal yang harus kita selesaikan mengenai nasionalisme anak bangsa. Sebab, kita sama-sama menyadari bahwa
jiwa nasionalisme sedang
mengalami degradasi yang cukup menghawatirkan,
seperti, kasus tawuran antar pelajar yang sampai saat ini belum teratasi,
konfilik yang terjadi di masyarakat, gerakan sapararis yang bergejolak di
beberpa daerah dan lain sebagainya. Padahal, beberapa
persoalan tersebut lebih substansial karena mengancam
kesetabilan negara serta menggiring bangsa ini kepada disintegrasi. Inilah sebenarnya
persoalan besar yang akan terus mengancam nasionalisme anak bangsa kita dan
patut diperhatikan secara bersama.
Terlepas dari itu, fakta yang menunjukkan bahwa praktek kekerasan antar anak bangsa yang terus
bergejolak adalah realita yang mestinya pertama kali dijadikan sorotan tajam
jika kita ingin memperdebatkan nasionalisme anak bangsa ini dan bukan persoalan
kecil yang sebenarnya tidaklah perlu diperdebatkan itu.
Menurut penulis, ada
beberapa hal yang harus menjadi prioritas utama dalam mengembalikan semangat
nasionalisme tersebut. pertama, peran lingkungan sekola dalam membentuk
karakter paserta didik. Kedua, peran
aktif organisasi pemuda sangat diharapkan dalam memberikan pemahaman
nasionalisme di kalangan pemuda. Ketiga,
memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berada di daerah konfilik
dan daerah perbatasan. Yang terakhir adalah peran pemerintahlah
yang dituntut aktif untuk mengapresiasi lembaga yang mengkampanyekan semangat
nasionalisme anak bangsa.
Dengan demikian, persoalan
nasionalisme tidak akan menjadi perdebatan yang panjang lagi sehingga tidak
akan ada pemaknaan yang keliru terhadap
nasionalisme. Sebab, yang kita inginkan bukanlah nasionalisme semu, tetapi
nasionalisme yang substansial. Dan dalam konteks kaum pelajar, jiwa
nasionalisme dapat ditumbuh-kembangkan dengan banyak cara, sikap dan kesadaran
merekalah yang harus terus dipupuk.
0 komentar:
Posting Komentar