Menggagas Gerakan Kultural Kebangsaan
Oleh: Agus Syahputra
Judul Buku :
Islam, Keindonesiaan dan Civil Society
Penulis :
Prof. Dr. Musa Asy’arie dkk.
Editor :
Imam Muhlis
Penerbit :
Padma Books
Edisi :
Januari, 2011
Tebal :
378 halaman
Dinamika kebangsaan di negeri ini
begitu kompleks. Di era reformasi saja, bangsa ini belum menemukan bentuk ideal,
apalagi menemukan karakter dan jati diri bangsa yang diidamkan. Sebagai sebuah
bangsa berdaulat, sampai detik ini Indonesia belum sepenuhnya dapat mandiri dan
menentukan nasib bangsanya sendiri. Kini, Indonesia terperangkap pada arus
perubahan zaman yang tak jarang menjebak, menelikung dan bahkan menggilas
identitas nasional kita.
Situasi yang tak tentu dan bahkan
rumit yang kini dialami bangsa Indonesia menyiratkan berbagai pertanyaan dan
refleksi kritis anak bangsa. Dalam konteks itulah, buku ini dihadirkan di
hadapan sidang pembaca. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para pemikir
dan penggerak perubahan yang bernaung di bawah payung PADMA—baik secara struktural
maupun secara kultural.
Di dalam buku ini, para pemikir
mencoba untuk merefleksikan ulang keadaan negeri ini dengan problematika kebangsaan
yang telah melilit. Orde reformasi yang digadang-gadang mendatangkan angin
perubahan bukan saja pada level sistem struktural tata negara, tapi lebih jauh,
babak baru reformasi diharapkan bisa merubah kondisi sosial, politik, budaya
dan sistem kehidupan lain di Indonesia menjadi lebih baik, namun semua itu
masih jauh dari realitas.
Pun bagai menelan empedu, reformasi terasa
pahit. Ibarat pepatah, babak reformasi menggambarkan sebuah situasi di mana
bangsa ini keluar dari mulut harimau masuk dalam kubangan mulut buaya yang
lebih ganas. Dari sini, reformasi yang kini menjadi nyata dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara justru lebih buas dari orde sebelumnya (baca: Orde
Baru).
Pertanyaannya, apa, siapa, dan
bagaimana anak bangsa dapat membenahi situasi kebangsaan yang sudah sedemikian
parahnya? Menyikapi hal itu, semangat buku ini mencoba urun rembuk dengan
menawarkan alternatife solusi kritis dan cerdas terkait dengan pembenahan dan penataan
sistem bernegara ini yang sudah terlanjur carut marut.
Memang, terasa seperti
menggebu-gebu, bernada provokatif dan penuh rasa optimis, para pemikir dalam
buku ini menggagas desain besar pemikiran alternatife sebagai tawaran solusi dalam
membenahi negeri ini. Bagi para pemikir, tanggung jawab kebangsaan tak hanya
dilimpahkan sepenuhnya pada struktur kekuasaan negara yang kini telah melemah.
Tetapi, tanggung jawab kebangsaan
sejatinya diperkuat oleh kekuatan yang berada di luar sistem struktur negara.
Di titik inilah, konsolidasi terhadap kekuatan civil society maupun kekuatan basis keagamaan (baca: Islam) sudah
menjadi pilihan politik yang cerdas untuk memecah kebuntuan masalah bangsa.
Pada konteks itulah, konsolidasi
inten terhadap kekuatan-kekuatan kultural yang berbasiskan keagamaan semestinya
digerakan untuk menghasilkan sebuah perubahan hingga ke titik yang paling dasar
persoalan bangsa. Dalam hal ini, kekuatan NU-Muhammadiyah sebagai ormas yang
berlatar belakang keagamaan, ormas terbesar di bangsa kita—sudah harus
dipadukan untuk mendobrak dan bahkan memecahkan berbagai kebuntuan masalah
bangsa. Maka, bersiaplah.
0 komentar:
Posting Komentar